Wisata Edukasi di Malang – Banyak destinasi wisata di Malang, Jawa Timur, sedang menunjukkan kebolehannya dengan banyaknya tempat wisata yang bermunculan, termasuk wisata alam, buatan, dan edukasi.
Banyak destinasi wisata edukatif di Malang yang menarik untuk didatangi bersama keluarga tercinta. Mengajak anak-anak berlibur ke tempat wisata yang memberikan pembelajaran tidak hanya menambah pengetahuan mereka, tetapi juga memberikan kesenangan yang tentu tidak terlupakan. Apa saja? Simak rekomendasinya berikut ini.
11 Rekomendasi Wisata Edukasi di Malang
Museum Brawijaya
Selama liburan sekolah, kamu memiliki kesempatan untuk melawat Museum Brawijaya yang telah berdiri sejak 4 Mei 1968. Museum ini terletak di Jalan Besar Ijen Nomor 25A, Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Mengacu pada informasi dari Asosiasi Museum Indonesia, Museum Brawijaya menyimpan banyak koleksi benda militer yang terkait dengan perjuangan mencapai serta mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu, kunjunganmu ke museum ini tidak hanya menjadi liburan, tetapi juga kesempatan untuk memperoleh pengetahuan sejarah.
Salah satu artefak yang menarik di Museum Brawijaya adalah Gerbong Maut. Gerbong besi tanpa jendela dan ventilasi ini dahulu digunakan oleh penjajah untuk mengangkut puluhan pejuang Indonesia dari Bondowoso ke Surabaya, menyebabkan banyak pejuang meninggal.
Kampung Wisata 100 Topeng
Jika tertarik memperdalam pengetahuan mengenai seni dan budaya, kamu dapat mengunjungi Kampung Wisata 100 Topeng yang terletak di Dusun Baran, Kelurahan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Menurut informasi dari Dinas Pariwisata Kota Malang, di kampung ini terdapat ratusan topeng yang dipajang di berbagai lokasi sejak diresmikan pada tahun 2017. Tidak hanya itu, terdapat dua topeng raksasa berukuran 7,5 meter tinggi dan 5 meter lebar yang sangat cocok untuk berfoto. Selain berkesempatan belajar membuat atau mewarnai topeng, pengunjung juga memiliki opsi untuk membeli topeng sebagai oleh-oleh dengan harga berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 35.000.
Museum Mpu Purwa Malang
Museum Mpu Purwa di Malang menawarkan pengalaman liburan dan tur belajar yang menarik bagi pelajar. Terletak di Perumahan Griya Shanta, Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang, museum ini memiliki lokasi strategis di jalan besar utama kota dan dekat dengan Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Malang Town Square, Jalan Ijen, Kota Malang, museum ini memiliki lokasi strategis di jalan besar utama kota dan dekat dengan Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Malang Town Square, Jalan Ijen, Kota Batu, dan lainnya.
Museum ini buka setiap hari Selasa-Sabtu dari pukul 08.30-15.00 WIB, kecuali Jumat dari pukul 08.30-14.00 WIB, dengan penutupan pada hari Senin. Tidak dikenakan biaya masuk, hanya perlu melakukan pemindaian barcode di meja depan sebagai tanda pengisian buku tamu.
Museum Mpu Purwa menyimpan 136 koleksi benda bersejarah, dengan arca menjadi koleksi paling terkenal. Terdapat lima koleksi arca kerajaan, meliputi Kerajaan Kanjuruhan, Singhasari, Majapahit, Kediri, dan Mataram Kuno. Koleksi istimewa termasuk Ara Ganesha Tikus, yang diakui sebagai satu-satunya di Indonesia dan tidak dimiliki oleh museum lain. Selain arca, museum ini juga memajang beberapa lukisan, termasuk lukisan semi pahat di dinding luar yang mengisahkan tentang Kerajaan Singosari.
Indonesian Old Cinema Museum
Indonesian Old Cinema Museum adalah sebuah museum yang fokus pada evolusi film di Indonesia. Terletak di Jalan Soekarno-Hatta Nomor 45, Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
Museum ini menghadirkan kisah perkembangan film, khususnya sejarah bioskop. Di sini, kamu dapat menemukan informasi mengenai bioskop keliling yang pernah menjadi ikon di Indonesia. Indonesian Old Cinema Museum menampilkan koleksi terkait layar tancap, termasuk gulungan film, layar putih, dan peralatan lainnya yang dapat kamu saksikan.
Sui Farm
Sui Farm di Kota Malang adalah destinasi wisata yang menggabungkan hiburan dan pembelajaran, terutama bagi anak-anak. Terletak di Jalan Mayjen Sungkono, Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Tempat wisata ini merupakan mini kebun binatang dengan beragam koleksi hewan, seperti rusa, kuda, domba, merpati, ayam cochin, kalkun, dan kelinci. Hal ini memungkinkan pengunjung untuk menikmati liburan sambil melihat dan berinteraksi dengan berbagai jenis hewan.
Menurut informasi dari akun Instagram resminya, pengunjung dapat memberi makan binatang dan bahkan menaiki kuda. Harga tiket masuknya terjangkau, hanya Rp 20.000 per orang selama periode promosi, dan sudah termasuk pakan untuk binatang.
Museum Ganesya
Museum Ganesya menampilkan koleksi yang menjadi bukti gemilang kerajaan masa lalu, mencerminkan kejayaan serta kekayaan seni dan budaya Nusantara. Terletak di Hawai Water Park, Jalan Graha Kencana Utara V, Malang, Jawa Timur, museum ini merupakan bagian dari atraksi wisata di kompleks Hawai Water Park, dengan pembukaan pada pertengahan tahun 2019.
Museum Ganesya dapat menjadi pilihan alternatif untuk mengisi waktu luang dan merayakan hari libur bersama keluarga. Dengan mengunjungi Museum Ganesya Malang, ajak anak-anak dan siswa untuk mengenal lebih dekat warisan budaya leluhur Indonesia.
Lokasinya sangat dekat dengan pusat Kota Malang, dan perlu dicatat bahwa museum ini buka setiap hari. Harga tiket masuknya terjangkau, hanya Rp 25.000, dan Museum Ganesya buka mulai pukul 09.00 hingga 23.00 WIB setiap harinya.
Keramik Dinoyo Kota Malang
Keramik, sebagai warisan kerajinan khas Kota Malang, telah menjadi bagian dari kota sejak tahun 1950an. Seiring dengan perkembangan waktu, terjadi inovasi dalam bentuk keramik porselen pada tahun 1955-an, yang menggantikan bahan baku tanah liat atau tanah sawah dengan tanah putih atau porselen. Pada periode tersebut, pemerintah juga mulai mendirikan pabrik keramik sebagai contoh.
Masyarakat di sekitar Kota Malang seharusnya menganggap kampung keramik sebagai sumber pengetahuan, di mana diharapkan mereka dapat mencintai produk dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi industri keramik di Kota Malang dan memperkenalkan produk keramik Dinoyo Kota Malang ke tingkat lokal maupun internasional.
Lokasi kampung wisata ini berada tidak jauh dari pusat Kota Malang, tepatnya di Jalan MT Haryono XI0 470-Dinoyo Kota Malang. Selain itu, tidak diperlukan biaya tiket untuk masuk ke kampung wisata ini. Sungguh menarik, bukan?
Kampoeng Heritage Kajoetangan
Kampoeng Heritage Kajoetangan terletak di pusat Kota Malang, dekat dengan Balaikota dan alun-alun Kota Malang. Kawasan ini, yang termasuk dalam Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, merupakan kampung tua yang sudah berdiri sejak abad ke-13.
Jejak kejayaan masa kolonial masih terpelihara dengan baik di Kampoeng Kayutangan, mencakup bangunan-bangunan tua dan bersejarah seperti Makam Mbah Honggo, Kuburan Tandak, Langgar tua, Pasar Talun, Terowongan, dan lainnya.
Kampoeng Kayutangan telah menjadi destinasi wisata di tengah Kota Malang dengan mengadopsi konsep “heritage” yang menekankan unsur budaya, sejarah, dan ekonomi. Dengan rumah-rumah lama yang masih terjaga, kampung ini telah diubah menjadi tempat menarik bagi wisatawan. Kawasan ini, yang sudah dikenal sejak tahun 1920, menjadi dasar untuk di-branding sebagai “Kawasan Heritage Kajoetangan”.
Museum Musik Indonesia
Museum Musik Indonesia, yang berada di Kota Malang, merupakan satu-satunya museum bertema musik di Indonesia. Terletak di Gedung Kesenian Gajayana, Jalan Nusakambangan Nomor 19, Kelurahan Kasin, Kecamatan Klojen, museum ini menjadi penjaga jejak sejarah perkembangan musik tanah air.
Di Museum Musik Indonesia, koleksi berbagai bentuk fisik album musisi Indonesia, mulai dari piringan hitam, kaset, CD, hingga DVD, dapat ditemukan. Termasuk dalam koleksi ini adalah karya-karya musisi dari era Gombloh dan Dara Puspita hingga grup-grup yang masih menghasilkan album fisik saat ini, serta majalah musik.
Baca Juga: Wisata Petik Apel di Malang
Kawasan Ijen
Kawasan Ijen di Kota Malang memiliki nilai sejarah yang tinggi, dengan beberapa bangunan peninggalan kolonial Belanda yang dapat ditemui, termasuk Gereja Katedral Santa Theresia yang juga dikenal sebagai Gereja Ijen, serta rumah-rumah bergaya Belanda.
Ciri khas dari kawasan ini adalah penggunaan nama-nama gunung di Indonesia untuk nama jalan, seperti Ijen, Semeru, Bromo, dan lainnya. Pengembangan kawasan ini dimulai sekitar tahun 1935 oleh arsitek Belanda, Herman Thomas Karsten.