Piata®

Candi Di Malang – Saat ini, kaum milenial mencari spot yang instagramable sebagai tempat berfoto untuk diunggah pada media sosial. Perlu diketahui, candi-candi di Malang juga sangat cocok untuk dijadikan latar belakang foto, tidak kalah menarik dengan tempat wisata lainnya.

Banyak candi yang berdiri megah di Malang Raya, yang tak mengherankan karena wilayah ini memiliki sejarah masa lampau yang kaya, termasuk Kerajaan Kanjuruhan, Medang Mataram Periode Jawa Timur, dan Singosari.

Namun, disayangkan mungkin masih kurang banyak generasi muda yang tertarik mengunjungi candi untuk mengeksplorasi wisata sejarah. Meskipun tidak berminat mempelajari sejarah, bangunan-bangunan kuno tempat ibadah masyarakat pada masa lampau tetap menarik untuk dikunjungi.

Sangat memukau ketika digunakan sebagai latar belakang untuk berswafoto di candi-candi tersebut. Di sekitar bangunan utamanya, terdapat arca-arca yang tersebar dan dinding candi yang indah dengan berbagai relief.

Oleh karena itu, masih sangat menarik untuk mengabadikan momen dengan berfoto di candi-candi purbakala tersebut. Namun, yang pasti, penting untuk tetap menghargai warisan masa lampau ini. Inilah beberapa candi yang ada di Malang yang cocok untuk dijadikan tempat wisata kekinian dan Instagrammable. Selengkapnya berikut ini.

Daftar 5 Candi Di Malang

Candi Badut

Candi Badut, sebuah struktur suci dengan corak Hindu yang merupakan warisan dari Kerajaan Kanjuruhan, terletak di Desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Didirikan sekitar abad ke-8, Candi Badut diidentifikasi sebagai candi tertua di Jawa Timur melalui Prasasti Dinoyo, peninggalan Kerajaan Kanjuruhan.

Prasasti Dinoyo menyebut nama Liswa, alias Raja Gajayana. Dalam bahasa Sanskerta, “liswa” berarti anak komedi, tukang lawak, atau tukang tari, yang sesuai dengan peran badut modern, yaitu menghibur dengan kecerdasan lucu. Inilah mengapa candi Hindu ini disebut Candi Badut.

Candi Badut memiliki arsitektur berbentuk tambun dan menghadap ke barat. Di depan candi utama, terdapat sisa-sisa fondasi tiga candi perwara (pendamping). Bagian bawah Candi Badut berbentuk bujur sangkar tanpa hiasan, didirikan di atas batur.

Namun sayangnya, atap candi telah mengalami keruntuhan dan bentuknya tidak dapat lagi diidentifikasi. Sebagai bangunan bersejarah tertua di Jawa Timur, Candi Badut diakui sebagai Bangunan Cagar Budaya pada tahun 2016 berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. 203/M/2016.

Candi Singasari

Candi Singasari terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, dengan jarak sekitar 9 km dari Kota Malang, arah Surabaya.

Dikenal juga sebagai Candi Cungkup atau Candi Menara, nama-nama tersebut mencerminkan statusnya sebagai candi tertinggi pada zamannya, terutama jika dibandingkan dengan candi di sekitarnya. Saat ini, hanya Candi Singasari yang tersisa di area tersebut, sementara candi lainnya telah menghilang.

Tanggal pasti pendirian Candi Singasari tidak diketahui, tetapi para ahli arkeologi memperkirakan bahwa candi tersebut dibangun sekitar tahun 1300 M. Dibangun sebagai penghormatan kepada Raja Kertanegara dari Singasari, yang wafat pada tahun 1292 (leluhur raja-raja Majapahit).

Pada tahun 1930-an, pemerintah Belanda melakukan pemugaran Candi Singasari, seperti yang tercatat pada pahatan di kaki candi. Meskipun demikian, pemugaran tersebut tampaknya belum sepenuhnya menyeluruh, terlihat dari tumpukan batu yang masih berjejer di sekitar halaman candi yang belum berhasil dikembalikan ke tempat asalnya.

Candi Jago

Candi Jago, juga dikenal sebagai Candi Tumpang karena terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sekitar 22 kilometer dari Kota Malang. Lokal masyarakat menyebutnya Candi Cungkup.

Candi Jago memperlihatkan keindahan seni relief yang terpahat dengan rapi, meliputi dari bagian bawah hingga puncak dinding. Relief-relief di Candi Jago mengisahkan beragam cerita yang mencakup unsur pelepasan dan kepergian. Pada bagian paling bawah, terdapat gambaran ajaran Buddha berupa cerita Tantri Kamandaka dan cerita Kunjarakarna.

Dinding teras kedua dihiasi dengan kelanjutan kisah Kunjarakarna dan petikan Mahabarata dalam ajaran Hindu, seperti Parthayajna dan Arjuna Wiwaha. Pada dinding tubuh candi, terpenuhi dengan pahatan relief mengenai cerita Hindu, termasuk peperangan antara Krisna dan Kalayawana.

Candi Jago buka setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 18.00 WIB, dan pengunjung dapat menikmatinya tanpa membayar tiket masuk.

Candi Kidal

Candi Kidal, sebuah peninggalan agama Hindu yang terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, adalah suatu bentuk penghormatan terhadap Anusapati, putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung, yang menjadi raja kedua Singasari pada periode 1227-1248.

Candi ini, diakui oleh sejarawan sebagai candi pemujaan tertua di Jawa Timur, dibangun untuk memperingati Anusapati, sebab raja-raja sebelumnya hanya meninggalkan petirtaan atau pemandian. Keunikan dan ciri khas Candi Kidal terletak pada reliefnya, yang menceritakan legenda Garudeya (Garuda) yang diukir pada kaki candi. Dalam literatur Jawa kuno, terdapat mitos Garudeya tentang seekor garuda yang membebaskan ibunya dengan membayar tebusan air suci amerta (air kehidupan).

Relief Garudeya di Candi Kidal konon dibuat sebagai pelaksanaan amanat Anusapati untuk meruwat ibunya, Ken Dedes. Cerita Garudeya diukir di candi ini dapat dibaca berjalan berlawanan arah jarum jam, dimulai dari sisi selatan.

Candi Sumberawan

Candi Sumberawan, yang terletak di Dusun Sumberawan, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, memiliki bentuk stupa yang besar sehingga sering disebut sebagai Stupa Sumberawan. Keistimewaan Candi Sumberawan terletak pada bentuknya yang berupa stupa, yang sangat langka ditemui di Jawa Timur.

Penemuan Candi Sumberawan pertama kali dilakukan oleh masyarakat setempat pada tahun 1904. Pada tahun 1935, Dinas Purbakala Hindia Belanda memulai penelitian, dan dua tahun kemudian, pemugaran yang dipimpin oleh Van Romondt dimulai.

Candi Sumberawan memiliki denah segi empat dengan ukuran 6,3 x 6,3 meter dan tinggi 5,56 meter. Struktur candi terdiri dari tiga bagian, yaitu batur, kaki, dan tubuh candi, sementara bagian puncak stupa telah roboh. Kaki stupa memiliki dua tingkat, keduanya berdenah segi empat dengan pelipit-pelipit di bagian atas dan bawahnya.

Candi Sumberawan tidak dihiasi relief atau ukiran angka tahun pembuatannya, sehingga tidak diketahui siapa pendirinya dan kapan candi ini dibangun. Selain itu, candi ini tidak memiliki tangga naik atau ruang untuk menyimpan arca.

Nah itulah ulasan mengenai candi-candi yang ada di Malang. Setelah menjelajah candi-candi tersebut tak akan sempurna tanpa membawa pulang oleh-oleh khas daerah ini. Penting bagi para wisatawan untuk tahu bahwa oleh-oleh khas Malang tidak hanya terkait dengan apel atau keripik saja.

Oleh karena itu, bagi mereka yang mencari oleh-oleh khas Malang, disarankan untuk tahu beberapa pusat oleh-oleh di kota ini yang dapat dikunjungi. Hal ini memungkinkan untuk memilih beragam oleh-oleh sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Selain dapat memilih oleh-oleh dengan harga yang terjangkau, para pengunjung juga memiliki kesempatan untuk mengexplore sekitarnya.

Pusat oleh-oleh Pia Cap Mangkok di Malang dikenal sebagai salah satu yang paling lengkap, terbukti dengan popularitasnya di kota Malang dan keberadaannya yang memiliki banyak cabang tersebar di berbagai lokasi.

Pia Cap Mangkok tidak hanya memiliki sejumlah cabang yang tersebar di berbagai lokasi, melainkan juga memperkenalkan gerai terbaiknya, yaitu Piata Camilan di MOG. Di Piata Camilan, selain menyajikan berbagai varian pia mangkok seperti kacang hijau, cokelat, keju, tangkwe, durian, dan kopi, terdapat juga beragam camilan modern seperti makaroni, marning Australia, dan pilihan lainnya.

Piata Camilan tidak hanya dikenal sebagai tempat untuk berbelanja oleh-oleh, tetapi juga menyajikan konsep inovatif dengan memperkenalkan Self Service Ramen. Di sana memberikan pengalaman pengunjung untuk memilih dan meracik berbagai bahan ramen sesuai dengan keinginan dan selera masing-masing. Dengan demikian, Piata Camilan bukan hanya menjadi tempat untuk berbelanja oleh-oleh khas Malang, tetapi juga tempat yang tepat memberikan kepuasan dan pengalaman tak terlupakan bagi para pengunjung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *